Kulit kerang yang dijadikan hiasan dengan harga mahal. (hem)
BeTimes.Id-Limbah Kulit kerang selama ini terbuang begitu saja di Pantai Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, padahal bisa dijadikan sebagai bahan kerajinan (hiasan) dengan harga tinggi..
Di Sidoarjo, pengrajin memanfaatkan kulit kerang untuk hiasan justru mengambil bahan bakunya sebagian dari Muara Gembong. Makanya, setelah calon Wirausaha Baru (WUB) mengikuti pelatihan kerajinan kulit kerang, langsung membuka usaha itu di Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bekasi Peno Suyatno dan Kepala Selsi Aneka Industri, Kerajinan dan Alpora Aris mengatakan, bahan baku terbuat dari limbah kulit kerang, mudah didapatkan di Pantai Muara Gembong. Dengan berbagai inovasi, ternyata kulit kerang tersebut mampu menarik minat para pembeli.
Ternyata pembelinya banyak dari luar negeri. Produknya sedang dikembangkan di Kabupaten Bekasi. Hiasan dari kulit kerang itu, juga berkembang di Cirebon. “Pengrajin di daerah ini pun pasti mampu bersaing. Karena bahan bakunya tidak sulit, tinggal berbagai inovasi saja agar lebih menarik,” katanya.
Limbah kulit kerang menjadi kerajinan tangan bernilai mahal. Sehingga, kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan bai, kata Aris.
Dinas Perindustrian Kabupaten Bekasi akan membangkitkan usaha Alat Penunjang Olah Raga (Alpora) melalui berbagai terobosan hingga mampu bersaing dengan produksi pabrikan.
Dulu, Alpora diproduksi usaha rumahan yang mampu bersaing, bahkan sangat dikenal. Seperti bola sepak, namun saat ini sudah mulai redup. Produk lainnya, bola basket, bola voli, net dan lainnya.
Lesunya usaha itu, karena sudah kalah saing dengan produksi pabrikan. Di samping bahan bakunya yang semakin mahal, juga produk pabrik jauh lebih baik. Sehingga, perlu dilakukan berbagai terobosan agar produknya tetap diminati di pasaran.
Peno Suyatno mengatakan, dengan berbagai terobosan akan berusaha membangkitkan usaha rumahan masyarakat supaya tetap bisa eksis dan terus berkembang. Melalui pelatihan dalam program Wira Usaha Baru (WUB), diharapkan usaha itu bisa bersaing. Dengan berbagai invonasi yang mungkin tidak diproduksi pabrik, akan bisa menarik minat masyarakat, sehingga produknya bisa laku di pasaran.
Diakui, sebelumnya berbagai produk kerajinan di daerah ini, cukup dikenal. Bahkan, sampai ke luar daerah dipasarkan, namun dengan banyaknya produksi pabrik, usaha itupun mulai lesuh. Bahkan, sebagian sudah tutup karena tak mampu bersaing. Namun, melalui pelatihan yang terus dilakukan, diharapkan berbagai inovasi akan muncul. Produknya pun bisa diminati pasaran.
Dikatakan Peno Suyatno, pihaknya mengajak para pengusaha besar agar industri kecil menengah (IKM) di daerah ini bisa berkembang. Adanya sinergi itu, diharapkan IKM memiliki peluang. Maka, Dinas yang dipimpinnya akan terus berusaha menjalin komunikasi dan kerjasama agar para pengusaha itu, ikut memperhatikan usaha rumahan yang dikembangkan masyarakat.
Saling mendukung antara pengusaha kecil dan besar, juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja, sehingga angka pengangguran pun menurun. “Saya kira, ribuan perusahaan raksasa yang tersebar di kawasan dan zona industri, harus memperhatikan usaha kecil di daerah ini,” katanya.
Aris menambahkan, sebelum produk-produk pabrik muncul, produk rumahan memang berkembang. Tetapi kemudian tak mampu bersaing lagi, karena produk pabrikan jauh lebih baik. Pihaknya, terus berusaha agar usaha rumahan bisa kembali bangkit.
Dulu di Bekasi ada usaha kecil yang memproduksi bola, bola basket, bola sepak, bola voli, net dan lainnya. Bahkan, produk rumahan itu, memasuki pasar di luar daerah ini. Tetapi, sekarang usaha itu mulai meredup. Makanya, perlu dibangkitkan dengan inovasi baru.
Melalui pelatihan di daerah yang masih tetap eksis, diharapkan bisa kembali bangkit. Misalnya, di Garut dikenal dengan produk bola sepak karena produk usaha rumahan itu, dulunya dipakai dalam pertandingan sepak bola piala dunia. Walau persaingan semakin ketat, namun usaha itu masih tetap bertahan. “Ternyata, masih banyak yang berminat mengembangkan usaha itu. Garut yang masih tetap bertahan dengan produknya, menjadi tempat pelatihan calon WUB. Dinas Perindustrian memfasilitasi dan membiayai pelatihan tersebut,” katanya.
Dengan berbagai usaha kerajinan yang akan dibangkitkan kembali, diharapkan akan mengantisipasi lonjakan pengangguran. Makanya, mereka yang serius membuka usaha baru, menjadi prioritas yang akan ikut pelatihan.
Diakui, terobosan yang akan dilakukan, dengan produk yang lebih menarik. Sebab, kalau masih sama dengan produk sejenis, kemungkinan sulit dikembangkan. Usaha baru dengan produk baru, harus diciptakan, sehingga industri rumahan kembali bersinar. Makanya, pihaknya terus mengevaluasi agar dimasukkan ke program berikutnya.
Seperti Sepatu futsal yang akan dikembangkan, perlu dengan inovasi baru, sehingga menarik dan laku di pasaran. Tentu saja dengan kualitas yang tidak kalah dan harga bersaing. Untuk itulah, harus bisa dipastikan kemudahan mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau, sehingga harga jualnya pun tidak mahal, katanya. Setiap tahunnya, melalui Dinas Perindustrian, akan muncul 500 WUB, tandasnya. (hem)
Komentar