Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak (foto:Ral)
BeTimes.id-Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan Gilbert Simanjuntak menegaskan, carut marutnya rancangan anggaran hingga menjadi sorotan masyarakat, yakni lem aika aibon sebesar Rp 82 miliar dan bolpoin merk faster sebesar Rp 678 miliar bukti Gubernur Anies Baswedan tidak mampu memimpin DKI Jakarta.
“Kondisi ini terjadi di banyak SKPD, atau terjadi sistemik. Pada saat rapat anggaran tampak jelas konsep alokasi anggaran pembangunan yang tidak terarah, apalagi dihubungkan dengan Visi Misi Gubernur Anies,” ujar Gilbert, di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (13/11).
Selain itu, Gilbert mengatakan, gambaran alokasi dana untuk Formula E sebesar Rp 1 triliun dinilai tidak menyentuh kepentingan masyarakat. Sebaliknya, ketidak berpihakan kepada masyarakat Jakarta yang mayoritas belum sejahtera.
“Tetapi alokasinya luar biasa besar menimbulkan pertanyaan mengenai keseriusan Gubernur Anies dalam melayani masyarakat. Pada saat KJP tertunda beberapa bulan, terasa sangat tidak manusiawi gagasan akan Formula E. Banyak sungai mati dan berbau busuk dengan lingkungan kumuh misalnya di Cakung yang dapat diperbaiki dengan dana Rp 1 trilyun,”ujar mantan Wakil Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu.
Dia menuturkan, permintaan softcopy anggaran pun sulit diberikan oleh Dinas/SKPD dan kalau pun diberikan juga tidak lengkap dari seluruh SKPD terkait. Padahal, lanjut Gilbert, permintaan tersebut adalah resmi dari anggota DPRD dalam rapat anggaran.
Menurutanya, tidak diberinya softcopy anggaran oleh SKPD sangat menyulitkan anggota DPRD untuk melakukan pengawasan sebagai fungsi legislative. Jauh lebih mudah menelusuri secara global anggaran kalau ada softcopy file dalam bentuk Excel.
“Kepemimpinan itu sangat tergantung pada sifat pribadi seseorang. Kita butuh pemimpin yang mempunyai energy atau semangat membangun yang kuat. Pemimpin yang mampu membuat gagasan menjadi tindakan atau program. Pemimpin harus mampu menularkan energy/semangatnya kepada bawahannya, sehingga mereka menjadi kompetitif dan mampu mengeksekusi gagasan pemimpin tersebut,”tukasnya.
Menurut Gilbert, gagasan tidak boleh berhenti di kata-kata, sebaliknya harus dikerjakan.
“Melihat kondisi saat ini, dan berkaca kepada tanggung jawab seorang pemimpin, maka tidak ada anak buah yang salah tetapi pemimpin yang salah. Sikap kesatria ini hanya dapat ditemukan pada seorang Pemimpin yang berkarakter,”imbuh dokter spesialis mata itu.
Gilbert menilai, tidak bijak seorang pemimpin yang hanya menyalahkan orang lain. Seharusnya Anies memiliki kemampuan untuk memimpin menata permasalahan Jakarta yang kompleks.
“Dalam kondisi seperti ini lebih baik minta maaf dan introspeksi daripada menyalahkan pihak lain. Pemimpin itu menyatukan dan menetapkan sasaran masa depan, menetapkan sasaran dengan koordinatnya. Tentunya tidak mungkin semua dikerjakan sendiri olehnya, tetapi dengan delegasi ke bawah dan diawasi,”ujar Gilbert.
Ditambahkan, tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat kekacauan penyusunan anggaran belanja DKI tahun 2019.
“Data dapat dilihat di berita dengan rincian yang jelas. Selain adanya penurunan bagi hasil dari Pemerintah Pusat, juga terdapat penurunan PAD dari pemungutan pajak daerah,”ujarnya. (Ral)
Komentar