PGI: Gereja Nyaris Tidak Mampu Menjawab Pergumulan Nyata Jemaat

Nasional35 Dilihat

BeTimes.id–Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) sebagai bagian integral dari bangsa ini, terpanggil berpartisipasi aktif secara positif, kritis, kreatif dan realistis sebagai mitra strategis dan kritis pemerintah.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom, di Pembukaan Sidang Raya (SR) XVIII PGI, di kawasan Kete Kesu, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, pada Jumat (8/11) siang.

Hadir Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Nasaruddin Umar, Gubernur Sulut Olly Dondokambey, dan Ketua Umum Panitia Sidang Raya XVIII PGI Pdt. Musa Salusu. Selanjutnya, Menag RI dan pimpinan PGI melakukan pemukulan gendang tanda dibukanya secara resmi SR XVIII PGI 2024.

Pdt. Gomar Gultom, mengapresiasi semangat oikoumenis belakangan ini yang makin menggeliat ditandai banyaknya inisiatif-inisiatif lokal yang mengimplementasikan pergumulan oikoumenis gereja yang berada di PGI, termasuk dalam menyikapi tiga krisis, kebangsaan, ekologis dan keesaan, dan tantangan perubahan masyarakat akibat budaya digital.

Menurut Pdt. Gomar, bersukacita pula karena gereja-gereja makin terbuka satu sama lain. Namun tidak bisa dipungkiri masih terdapatnya gereja yang hidup bagaikan di getho, yang hanya hidup untuk dirinya sendiri, dan cenderung mengabaikan realitas yang mengitarinya.

“Apalagi ternyata, cukup menggejala hidup peribadahan kita yang begitu marak, nyaris tak mampu menyentuh pergumulan nyata warga jemaat,”imbuh Pdt. Gomar.

Atas dasar itulah, lanjutnya, melalui momentum Sidang Raya ini, yang mengajak anggota gereja PGI untuk hidup sebagai terang yang membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran.

“Di tengah dunia post truth sekarang ini, kita makin sulit menemukan dan memahami kebenaran, karena sering “kebenaran” dipabrikasi dan dikendalikan untuk maksud-maksud tertentu, dan kebaikan dan keadilan bisa menjadi sumir. Dengan membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaranlah kita menaati panggilan oikoumenis kita untuk menjadi terang,”tandas Pdt. Gomar.

Pada kesempatan itu, Pdt. Gomar juga menyampaikan terimakasih juga kepada BPS Gereja Toraja Pdt. Alfred Anggui, dan Panitia Pelaksana Pdt. Musa Salusu, yang telah berkenan menerima semua sebagai tuan dan nyonya rumah.

“Kami sungguh menikmati keramah-tamahan gereja dan masyarakat Toraja. Terimakasih kepada pemerintah Tanah Toraja dan Toraja Utara Jemaat untuk semua fasilitasinya,”pungkasnya.

Diketahui, Sidang Raya PGI hadir sekitar 5.000 peserta dan tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk pejabat dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, anggota DPR di tingkat kabupaten, provinsi, hingga pusat, serta masyarakat, turut mengikuti acara pembukaan.

Megawali prosesi pembukaan Sidang Raya PGI disuguhkan tarian massal Pagelu, tarian penyambutan khas Toraja. Disusul pembawaan bendera merah-putih dan defile anak-anak dan remaja membawa papan nama masing-masing gereja anggota PGI, bersamaan dengan drama tentang tantangan gereja di tengah dunia.

Sekitar 1000 orang anak-anak dan remaja dilibatkan dalam prosesi ini. Giliran barisan para pendeta Gereja Toraja dipimpin Ketua BPS Gereja Toraja Pdt. Alfred Anggui bergerak menuju mimbar untuk memulai ibadah pembukaan.

Usai pembukaan, seluruh peserta Sidang Raya XVIII PGI menuju ke Auditorium Kampus ll UKI Toraja, di Kakindongan, Toraja Utara, Selawesi Selatan, untuk memulai persidangan. (Dean)

Komentar