Oleh:Pdt Banner Siburian.MTh
Sinode Agung HKBP akan digelar kembali tanggal 2 – 8 Desember 2024 dalam terang tema: *Supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiranmu* (Efesus 4:23) dan sub Tema: _Dalam kasih Kristus dan persekutuan Roh, HKBP membarui janji, karakter, kultur dan kemampuan pelayan, warga dan institusinya melaksanakan tugas panggilan Allah_.
Tema dan sub tema ini merupakan seruan teologis yang mendalam bagi kita segenap komponen HKBP, Majelis dan warga jemaat, pelayan struktural maupun fungsional, terutama dalam Sinode Agung pertama setelah kita menyelenggarakan Sentralisasi Keuangan HKBP.
Sinode ini digelar bukan lagi di tengah bencana pandemi, namun di tengah kesibukan pelayanan masa adven dan Natal. Dibaharui dalam roh dan pikiran, kita yakini termasuk dalam hal keberanian iman mengevaluasi penjadwalan Sinode ini ke depan, sebagai bagian dari pembaharuan kultur pelayan dalam melaksanakan tugas panggilan Allah khususnya di jemaat.
_*Kesehatian dan Pemulihan*_
Sinode Godang HKBP tanggal 9-13 Desember 2020 lalu, disinyalir menyisakan bibit pengelompokan di HKBP, yakni dengan mengentalnya kala itu jargon *Serep Marhobas* dan *Firman Bekerja*. Bekas psikologis pengelompokan itu kiranya sudah punah kini, meski tak dapat disangkal bahwa itu merupakan “output” konstelasi perutusan proporsional saat itu.
Kiranya, segenap peserta Sinode nanti sama-sama tunduk di bawah salib Yesus untuk berjanji tidak lagi memeliharanya. Siapapun dia, marilah semuanya kita memandang bersama ke depan. Firman yang bekerja, sejatinya itulah yang membuat kita menjadi rendah hati. Hidup rendah hati sejatinya adalah _output_ dari Firman yang bekerja dalam diri kita. Pemimpin rekonsiliatif kiranya diberikan Tuhan dalam Sinode Agung nanti.
Sinode Agung 1998, yakni 26 tahun lalu, menjadi _starting way_ bagi kita semua dalam menancapkan kesepakatan luhur untuk bersatu dan menyatu. Tuhan memanggil kita semua untuk mendahulukan kasih Kritus di atas segala kepentingan, pola pikir atau cara pandang bahkan kelompok. Dominasi beberapa orang adalah bahaya laten yang harus disingkirkan jauh-jauh. Kiranya kesadaran ini tetap kental untuk para Sinodisten tahun ini.
Sinode ini missioner bila segenap peserta merdeka membangun persekutuan yang tulus serta merdeka menentukan pilihannya menuju transformasi yang lebih baik. Segenap peserta mutlak dilihat sebagai mitra; bukan saingan apapagi musuh. Sebagai sesama mitra, marilah berkarya lebih sungguh, agar produktif dalam pekerjaan Tuhan. Bukalah mata untuk melihat dan mengakui kemajuan orang lain, bukalah hati untuk memajukan orang lain, semata-mata demi kemajuan bersama, terutama demi kemajuan Firman Tuhan di dunia ini.
_*Merawat Sentralisasi Keuangan HKBP*_
Selama ini, disinyalir telah terjadi kesenjangan pelayanan antara jemaat kota dan desa, termasuk kesenjangan ekonomi _(walau tidak selamanya gereja di kota itu surplus dan di desa seolah minus)_. Pemahaman itu setidaknya ditentukan oleh dua alat ukur, yakni kesenjangan penempatan pelayan dan “penggajian” yang dirasa tidak mencerminkan azas keadilan.
Alasan utama Sentralisasi Keuangan ditempuh bukan satu-satunya soal kuantitas ‘budget’, sebab ketahanan pangan di desa malah acap lebih terjamin dibanding di kota. Ketika bertarung di puncak pandemi Covid-19 misalnya, kita melihat, justru di kota masalah-masalah sosial banyak terjadi, seperti pengangguran, PHK, pengurangan gaji, naiknya angka kemiskinan dan lain-lain. Namun di desa, ketahanan pangan tidak cukup terasa terganggu.
Sentralisasi keuangan ini sudah dalam tahap _point of no return_. Tugas berikut adalah membobotinya dengan evaluasi kritis, merawat dan membangunnya secara bersama. Selain objektifitas penyetoran keuangan dan potensi gereja setempat, kajian yang tak kalah penting ke depan adalah perspektif program gereja, intensitas, beban dan problematika pelayanan, pergumulan sosial warga jemaat ataupun kualifikasi pelayan yang ditugaskan.
Demikian juga dengan tingkat kesungguhan dan “kejujuran” setiap gereja lokal untuk menyetorkan kewajibannya, diduga kuat masih belum tuntas. Belum lagi kesungguhan pelayannya untuk menggali potensi jemaat setempat bahkan dugaan bermain mata dengan pembukuan ganda dalam gereja tertentu.
Kesungguhan segenap pelayan di semua aras mutlak memiliki komitmen dan sebuah habit yang transparan dan akuntabel. Salah satu implementasinya adalah sebuah karakter baru dengan menuangkan segenap lalu lintas keuangan dalam warta jemaat yang tunggal.
Ada kekuatiran pergeseran paradigma dari orientasi program berbasis gereja menjadi berbasis Kantor Pusat. Bila ini benar, gereja setempat akan merasa diri munafik, yang gemar memerhatikan orang lain, namun abai bahkan menelantarkan gerejanya sendiri. Ditengarai akan muncul fenomena baru, misalnya melemahnya tanggungjawab menanggung kebutuhan gereja lokal, pergeseran mentalitas pemberi menjadi penerima, minus kerja keras, hidup lebih santai, melemahnya dinamika kegiatan di gereja-gereja lokal dan lain-lain.
Maka, analisis yang jauh lebih lengkap, mendalam, lebih detail, utuh dan holistik mutlak dibutuhkan. Semua pihak harus secara bersama-sama dan penuh sukacita memikulnya di dalam taat akan firman Tuhan; bukan ketaatan secara organisatoris apalagi struktural, sehingga Sentralisai keuangan ini akan menjadi sebuah ekklesiologi bagi HKBP.
_*Mengawal Sentralisasi Keuangan HKBP*_
Dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Ancaman resesi global merupakan realitas beban yang harus kita hadapi dan tanggung, termasuk sebagai gereja. Dampak perang Rusia dan Ukraina, Israel dengan Hamas dengan tensi negara-negara Timur Tengah, Libanon dan Iran, turut memengaruhi ekonomi global, termasuk Indonesia bahkan HKBP.
Kebersamaan menanggung beban itu, termasuk Sentralisasi Keuangan HKBP, mutlak dibutuhkan. Sekuat-kuatnya seseorang dia pasti membutuhkan uluran tangan orang lain. Selemah-lemahnya seseorang, dia pasti dapat memberi sumbangsihnya untuk kemajuan bersama. Tidak ada yang superioritas di satu sisi dan inferioritas di sisi lain. Musa misalnya bersinergi dengan Harun guna membawa pesan pembebasan dari Tuhan (Kel 4:10-17). Demikian halnya dengan gereja HKBP di mana dia berdiri dan diutus Tuhan.
Kita mesti waspada, agar jauh dari kita memancing ikan di air keruh guna kepentingan individu atau kelompok. Tujuan utama Sentralisasi Keuangan adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan di HKBP. Tidak boleh ada niat, maksud dan tindakan pragmatis tersembunyi di balik implementasi Sentralisasi itu, apalagi toksin “kolusi berjemaah” di dalamnya. Misalnya, keleluasaan mutasi yang abai kompetensi dan abai akan kualitas “parhahamaranggion”.
Para pelayan pun semakin sungguh-sungguh melayani di tempat pelayanannya, jauh dari sinyalemen bahwa semakin bertambah pelayan yang malas bahkan “berjalan-jalan” meninggalkan tempat pelayanannya setelah pemberlakuan Sentralisasi Keuangan HKBP. Berapa pelayan yang ditempatkan di jemaat yang selama ini belum ada pendeta, tentu merupakan informasi yang amat penting dipaparkan nanti.
Demikianlah tema ini menjadi mutlak sangat relevan bagi kita semua guna membaharui diri di dalam Roh Kudus, membarui janji, karakter, kultur dan kemampuan pelayan, warga dan institusi gereja HKBP. Semua komponen yang ada di HKBP tanpa kecuali harus mutlak mengawal Sentralisasi keuangan HKBP di dalam taat dan takut akan Tuhan.-
*) _Calon SekretarisJenderal HKBP 2024-2028._
Komentar