BeTimes.id – Gereja tidak sekedar melakukan pelayanannya secara ritual, namun juga harus dapat terlibat dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat sehingga peran gereja bukan sekedar pelayanan namun sebagai agen perubahan dalam bidang kehidupan.
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom menegaskan, bahwa tidak dinafikan gereja mengalami krisis toleransi, identitas, dan ekologi.
Jika krisis ini tidak diantisipasi dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian secara materi dan sosial yang berdampak bagi kehidupan masyarakat. Karenanya, lanjut Gomar, sudah saatnya gereja tidak sekedar berbicara hal yang ritual namun mampu menjawantahkan peran dan nilai-nilai Kristen yang sesungguhnya di tengah-tengah masyarakat.
“Jadi Alkitab bukan hanya dilihat dalam kotbah bentuk ritual, namum mampu mengimplementasikan dengan baik dan memberikan dampak bagi masyarakat secara keseluruhan,” ujar Gomar dalam kata sambutan di Kongres XI GAMKI bertajuk “Persatuan Indonesia”, di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (1/8) malam.
Gomar menuturkan, masalah toleransi belakangan ini sangat mengkuatirkan dalam kehidupan masyarakat sehari. Karena perbedaan bukan dianggap sebagai kekayaan, sebaliknya menjadi jurang pemisah antara masyarakat.
Menurutnya, jika toleransi tidak berjalan dengan baik di tengah masyarakat maka akan menimbulkan benturan yang berdampak dengan konflik horizontal.
“Tentunya jika terjadi konflik horizontal maka harga yang dibayar sangat Mahal.Sebagai anak bangsa dan warga gereja tidak mau hal itu terjadi,”ujar Gomar.
Gomar juga mengkritisi krisis identitas merasuki gereja yang tidak berbeda dengan krisis toleransi. Bahkan, krisis identitas yang terjadi harus dapat diatasi dengan baik, sehingga gereja dapat memahami peran dan fungsinya dengan baik.
Gereja, lanjutnya, ikut mengatasi krisis ekologi yang semakin akut. “Kita dapat mengeliminir krisis ekologi dengan tidak menggunakan kantong kresek plastik,”ujar Gomar. [RAL]
Komentar