Sebuah Harapan dalam Perspektif Sentralisasi Keuangan HKBP

Pendidikan110 Dilihat

SINODE Agung HKBP akan digelar mulai hari ini, tanggal 2-8 Desember 2024, bertempat di Seminarium Sipoholon – Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Inilah Sinode pertama HKBP pasca diberlakukannya Sentralisasi Keuangan HKBP sejak tahun 2023 lalu.

Semua kita tanpa kecuali merindukan agar Sinode ini berjalan damai, lancar, penuh dengan kemesraan dan sorak sorai antar segenap peserta sinode bahkan di segenap jajaran jemaat HKBP.

*Sinode Agung Pasca 1998*

Sinode Agung HKBP kiranya tidak pernah lagi diperpolitisir atau ditunggangi secara eksternal oleh mereka yang berkepentingan seperti tahun 1990-an.

Namun tantangan yang tak kalah penting adalah pragmatisme internal di HKBP, bisa saja menjadi bias merobek kembali keutuhan dan kedamaian kita.

Sebutlah misalnya efek samping pemberlakuan Sentralisasi Keuangan berkaitan dengan mutasi kepersonaliaan yang rentan bermain mata terhadap para pelayan tanpa berdasarkan objektifitas kompetensi dalam sistem kepersonaliaan HKBP.

Konteksnya memang beda. Namun bukan tidak mungkin dampaknya bisa kurang lebih sama. Sinode Agung HKBP 1998 lalu adalah tonggak rekonsiliasi baru bagi HKBP.

Setiap momentum Sinode pasca 1998 tersebut adalah kairos yang amat berharga bagi kita. Dalam Sinode rekonsiliasi tersebut, kita HKBP, telah berjanji di hadapan Tuhan untuk komit bersama-sama memacu derap langkah pelayanan.

Sinode tersebut kita maknai sebagai tonggak demokrasi gerejawi dalam arak-arakan penginjilan global (“global mission”).

Sinode tersebut menjadi starting way bagi kita dalam menancapkan kesepakatan luhur untuk bersatu dan menyatu, untuk para pelayan maupun segenap warga jemaat. Dalam anugerah dan petolongan Tuhan, kita telah dapat melewati situasi tersulit kala itu.

Tuhan memanggil kita semua untuk mendahulukan kasih Kristus di atas segala kepentingan, pola pikir atau cara pandang. Kita menyatukan missi bahwa gereja mesti berada di garis depan.

Globalisasi menuntut kita semua lebih interaktif dan partisipatif satu sama lain. Konvergensi (persilangan) antar potensi akan memperkokoh komitmen pelayanan, dalam rangka mendahulukan kehendak Tuhan ketimbang mempertahankan kepentingan individu atau kelompok.

Bila tidak, bukan tidak mungkin “HKBP na Bolon i” ke depan akan seperti Dinosaurus yang keberadaannya hilang ditelan jaman, atau seperti kegagahan kerajaan di beberapa daerah di Indonesia menjadi tinggal sejarah yang hilang ditelan dahsyatnya arus globalisasi.

Iklim global memaksa kita merangkul lawan sebagai partner (1 Samuel 25:14-35). Segala ikatan soliter haruslah kita buang dan singkirkan.

*Menuju Transformasi yang Partisipatif*

Dalam bingkai perspektif itu, Sinode Agung HKBP 2024 ini menjadi kairos yang amat mahal bagi kita semua guna memperkokoh dan mempertahankan HKBP, terutama dengan pemberlakuan Sentralisasi Keuangan HKBP sejak tahun 2023 lalu.

Teologi transformatif yang kita geluti tetap dilakoni dalam bingkai teologi yang partisipatif, khususnya dalam kesungguhan merawat dan memperkuat Sentralisasi Keuangan HKBP.

Sesama pelayan mutlak kita lihat sebagai mitra dan Imago Dei; bukan saingan apalagi musuh. Sebagai sesama mitra, marilah berkarya lebih sungguh, agar produktif bagi semua pihak, terutama produktif bagi pekerjaan Tuhan, Sang Pengutus.

Sebagai mitra, kita membuka mata untuk melihat dan mengakui kemajuan orang lain sekaligus membuka hati untuk memajukan orang lain (bnd. Pilipi 3:14), demi kemajuan bersama, demi kemajuan Sentralisasi Keuangan HKBP, terutama demi kemajuan Firman Tuhan dalam gereja HKBP dan dunia ini.

Di samping memilih fungsionaris baru, Sinode ini juga menjadi momentum menumbuh-kembangkan Sentralisasi Keuangan HKBP, namun tidak mengesampingkan pelayanan berbasis diakonia di jemaat, utamanya solidaritas terhadap golongan lemah dan marginal serta pembentukan generasi muda dan millenial di gereja-gereja lokal.

Marilah kita semua mengharamkan diri untuk kembali berkonflik dan menghindari diri sebagai pintu masuk untuk berkonflik.

Demikianlah kita menjadi bagian dari ekklesiologi yang melekat dalam diri dan tindakan kita. Sejarah akan menilai, apakah HKBP akan semakin terbuka kepada masa depan bersama Tuhan. Sejarah juga akan menilai, apakah Sentralisasi Keuangan HKBP “is a turning point to be better or to be worst”. Dengan komitmen bersama, sambil menjauhi kepentingan pragmatisme subjektif, HKBP pasti akan lebih baik ke depan.

*Membaharui Janji, Kultur dan Karakter*

Dalam kasih Kristus dan dalam persekutuan Roh, kita mendoakan dan mengisi Sinode Agung 2024 ini agar benar-benar menjadi momentum untuk membarui setiap janji kita, kultur dan karakter kita. Misalnya, janji kita untuk melaksanakan Sentralisasi Keuangan harus terus kita perbaharui guna semakin memantapkan pelaksanaannya dengan lebih berkeadilan dalam segenap pelayan HKBP termasuk dalam penguatan jemaat-jemaat lokal.

Disebut berkeadilan, agar Sentralisasi ini tidak ditengarai hanya lebih mensejahterakan pelayan Kantor Pusat HKBP di satu sisi, tetapi segenap pelayan HKBP dengan berbagai kepatutan varian yang dapat dipertimbangkan di sisi lain.

Misalnya, “range penggajian” tidak elegan bila terlalu jauh satu sama lain. Semoga tidak ada pelayan (bahkan gereja lokal) yang dianggap munafik karena gemar menopang yang lain, sementara dia sendiri merasa kurang adil dan leluasa melayani bila misalnya ditinjau dari beban dan intensitas kegiatan yang dipikul.

Kultur dan karakter para pelayan secara serentak haruslah sama-sama kita perbaharui, sehingga Sentralisasi Keuangan inipun menjadi bangunan nilai Bersama yang harus kita pikul bersama-sama, jemaat di desa dan di kota.

Segenap pelayan di manapun dia melayani, hendaklah kita semua terpanggil untuk sungguh-sungguh fokus melayani jemaat sekaligus secara jujur menerapkan segenap lalu lintas keuangan tunggal di seluruh jemaat HKBP.

Sentralisasi Keuangan HKBP sejatinya menuntun kita semua, baik para pelayan dan warga jemaat, hidup berinteraksi semakin utuh, damai dan bersatu. Tidak seperti menyatunya air dengan minyak, bersatu namun tidak melarut, berdampingan namun tidak berinteraksi, bergabung tetapi terpolarisasi.

Kita mesti terus menerus membaharui janji, kultur dan karakter kita di hadapan Tuhan (bnd. Kol 2:10) guna memaksimalkan Sentralisasi Keuangan HKBP dalam bingkai kita (dan atau gereja HKBP) menjawab tugas panggilan Allah di dunia ini.

Semoga Tuhan memberkati segenap para Sinodisten Sinode Agung HKBP yang datang dari seluruh pelosok Nusantara bahkan dunia ini. Marilah kita jadikan Sinode Agung ini menjadi pesta iman, pesta sukacita, guna merajut persaudaraan yang penuh damai dan keakraban, jauh dari segala beban dan tekanan, merdeka untuk bersekutu dan memilih, sehingga kita (HKBP) tetap utuh dan damai, sekaligus semakin piawai menata dirinya dalam arak-arakan penginjilan global (“global mission”).-

Komentar